Ku berjalan menapaki hari, di pagi hari kulihat betapa indahnya bumi ini
Saat bumi tebarkan pesonanya embun di pagi hari burung camar terbang melayang
Dan langit pun membuka tirai gelapny seakan tersenyum menyambut hari ini

Relung  jiwa yang sepi perlahan terobati kala ku tatap dunia ciptaan_Nya
Saat bumi tebarkan pesonanya bentuk cinta kepada mahluk_Nya
Saat langit membuka lenteranya saat itulah ku membuka hari
Sungguh pilu ku melihatnya. Hingga rasa sesak di jiwaku. Saat ku tatap ke sebelah sana. Canda tawa mendadak sirna. Kala air bisa seganas ini. Kala ini telah terjadi tak ada yang bisa memawangi.

“Penguasa bumi yang Agung,Hentikanlah Angkara-Mu!”
Sungguh miris rasa hatiku kala ku tatap ke sebelah sana
Pohon-pohon tumbang. Hewan-hewan pun kehilangan habitatnya.
Rumah-rumah pun dibuat mengapung. Bantaran kali jadi tempat tuk berlindung.
Tak ada lagikah tempat mereka tuk bernaung??

Sungguh pilu relung jiwaku kala ku tatap di jalan sana anak-anak jadi aset berharga
Memburu kepingan yang berharga untuk makan hari ini saja

Sungguh tak terbayangkan bagiku kala kini hujan besar melanda kemanakah mereka pergi tuk bertahan?? Di bawah jembatan layang gubuk-gubuk di tanah sengketa
Tepian rel kereta api dengan tidur beralaskan kardus dan beratapkan bintang-bintang
Beginikah nasib tinggal diibukota?? Bagi mereka yang tak punya

Ironi ini memuakkan hatiku kala birokrasi kuasai negeri suap sana suap sini
Jadi makanan sehari-hari keadilan berganti posisi untuk para kaum tirani
Petinggi negeri, Elite politik, Kaum borjuis diperlakukan bak selebritis

Hakim agung Dibuat seperti dalang yang menceritakan dongeng diatas kebenaran
Ini semua bisa terjadi saat ‘MATREALISTIS’ jadi semboyan sejati

Apakah jadinya negeri ini??
Kala manusia korbankan jati diri gadis-gadis jadi komoditi anak-anak dijadikan aset
Penguasa sibuk dengan citra diri dan kita hanya bisa berteriak tanpa ada yang mendengar
Apakah jadinya negeri ini??
Amanah RAKYAT digantikan amanah PASAR sajak melambung tinggi
Harga sembako tak terkendali pendidikan menjadi barang komersil
Semua harga merangkak naik membuat kita semakin terpuruk terjebak diantara jurang kemiskinan dan kebodohan dan mencekik kita pelan-pelan
Dimanakah kau wahai para petinggi?? Tidakkah kau dengar jeritan hati ini ?
Dan apakah jadinya negeri ini??
Saat bumi tak lagi dijaga sampah memenuhi seisi kota langit biru tak terlihat lagi dan berubah menjadi sesakkan hati air bersih sulit untuk didapatkan rindangnya pohon berganti megahnya gedung bisakah kita memberikan sedikit ruang untuk bumi bernapas??

Mungkin inilah yang terjadi, kala kemiskinan menghantui, kala rasa lapar kuasai diri,
Kala keserakahan menggerogoti diri, kala kebodohan meliputi diri, kala penguasa sibuk citrakan diri, kala keadilan selangka permata, kala kita tak peduli sesama, kala kututup buku harianku ku hanya bisa berteriak tanpa ada yang mendengar kala dunia tak seperti dulu lagi.
Negeriku ini, berdiam diri disebuah pusaran entri  jahanam.